BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Industrialisasi merupakan sebuah proses yang mengolah bahan-bahan alam menjadi sebuah barang yang bernilai dengan menggunakan mesin. Dengan menggunakan peralatan mesin dalam mengolah barang, tentu saja banyak menggunakan sumber daya alam yang non-renewable, atau sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Hal tersebut tentu saja akan berdampak kepada generasi-generasi penerus yang mungkin saja sumber daya alam tersbebut habis. Industrialisasi juga cenderung tidak bersahabat terhadap lingkungan sekitar. Terbukti ketika banyak pabrik-pabrik yang sembarangan membuang limbah industrinya ke sungai-sungai warga. Selain itu pula, di dalam mekanisme pabrik itu sendiri menghasilkan asap pabrik yang sangat hitam yang membuat polusi udara sekitar.
I.2. LANDASAN TEORI
A. Teori Lingkungan
Mungkin untuk saat ini teori tentang lingkungan merupakan suatu hal yang baru terdengar di beberapa tahun terakhir ini. Sebenarnya teori lingkungan sendiri merupakan suatu teori yang menginginkan keberlangsungan dan kelestarian alam yang saat ini kita miliki. Di era serba teknologi kini, semakin banyak manusia mulai mengabaikan kepentingan alam dan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya sendiri. Tak heran jika ada beberapa orang mendominasi suatu wilayah dengan mengenyampingkan kepentingan sekelilingnya; baik itu alam maupun masyarakat sekitar.
Teori lingkungan menurut Albert Schweitzer adalah sesungguhnya penghargaan yang harus dilakukan manusia tidak hanya pada diri sendiri saja, melainkan kepada semua bentuk kehidupan. Selain itu, Paul Taylor menyebutkan bahwa terdapat beberapa pokok pilar biosentrisme, yaitu: - Manusia adalah suatu anggota dari komunitas, sama seperti makhluk hidup lainnya. Manusia bukan anggota komunitas yang dipandang sebagai segalanya, sebab ia memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, derajat manusia sama dengan makhluk lainnya.
- Spesies manusia bersama spesies lain, membangun sebuah sistem yang saling bergantungan sedemikian rupa sehingga keberlangsungan dan keberadaan manusia tidak ditentukan oleh lingkungan fisik saja, tetapi juga ditentukan lingkungan biologis (spesies lainnya).
- Semua organisme merupakan pusat kehidupan yang memiliki dunia dan tujuan tersendiri. Ia adalah untuk dalam mengejar kepentingannya melalui cara sendiri. Inilah yang sering dinyatakan sebagai komunitas moral.
B. Industrialisasi
Industrialisasi merupakan sebuah proses yang mengolah bahan-bahan baku menjadi sebuah barang yang bernilai dengan menggunakan mesin. Pada tingkatan Industrialisasi, terjadinya perubahan produksi yang awalnya dilakukan oleh manusia digantikan dengan mesin. Maria Hirszowicz (1981:1) mendefinisikan industrialisme merupakan suatu tahap baru dari organisasi sosial yang mana kehidupan manusia didominasi oleh produksi-produksi sosial. Selain itu, industrialisasi merupakan sebuah wadah terhadap masyarakat-masyarakat kapitalis untuk meraup keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sebelum revolusi industri terjadi di Eropa, masyarakat kapitalis meraup keuntungan melalui tanah-tanah yang mereka miliki yang kemudian digunakan oleh petani-petani miskin pada saat itu. Kehidupan pada saat itu dinamakan Feodalism, yaitu paham dimana masyarakat masih menggunakan tanah sebagai tempat mencari keuntungan. Namun sebaliknya, ketika terjadinya revolusi industri pada akhir abad 18 dan di awal abad 19, masyarakat sudah mulai mengenal peralatan-peralatan mesin yang mampu mempermudah kegiatan mereka. Oleh karenanya, masyarakat-masyarakat kapitalis pada saat itu yang awalnya merupakan pemilik tanah berganti dengan masyarakat kapitalis yang memiliki mesin.
Namun pada prosesnya, industrialisasi itu sendiri kurang bersahabat dengan lingkungan sekitar, bahkan terkadang menimbulkan bahaya. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, industrialisasi merupakan sebuah proses produksi dengan menggunakan mesin. Mesin itu sendiri membutuhkan tenaga yang mampu menggerakkannya. Tenaga-tenaga yang digunakan oleh mesin terkadang cenderung tidak ramah terhadap lingkungan yang ada. Sebagai contoh, pabrik-pabrik yang menghasilkan suatu produk terkadang tidak menjalani etika-etika pada lingkungan; membuang limbah sembarangan dan membuat polusi udara sekitar.
B. New Social Movement
New Social Movement (NSM) mempunyai korelasi yang erat dengan postmaterialisme, yang merujuk pada suatu gerakan perubahan sosial untuk merubah identitas, gaya hidup dan budaya daripada perubahan secara spesifik di kebijakan publik ataupun perubahan ekonomi. Menurut F Parkin, salah satu teoritisi NSM dalam bukunya yang berjudul Middle Class Radicalism : 1968 bahwa aktor utama dalam pergerakan ini adalah kelas menengah. Para teoritisi gerakan ini percaya bahwa kelas menengah era sekarang seperti para akademisi mampu menjadi motor gerakan baru ini untuk mencapai tujuan dari mereka yang tidak percaya akan eksistensi globalisasi.
NSM sendiri memiliki karakter berbeda dari suatu organisasi yang formal pada umumnya, mereka hanya membutuhkan suatu jaringan sosial dari para pendukungnya daripada anggota kelompoknya sendiri. Seperti yang diungkapkan Paul Byrne, NSM relatif tidak terorganisir. Pada umumnya NSM kemudian memiliki satu isu utama yang menjadi basis pergerakan mereka dan biasanya lokal yang kemudian mereka bawa untuk merubah dan membawa efek dari perubahan mereka. NSM sendiri mengadopsi taktik dari suatu bentuk kampanye ketidak setujuan yang menjadi strategi mereka untuk membawa perubahan secara luas.
I.3. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah:
Bagaimana perjuangan Greenpeace dalam mengkampanyekan isu lingkungan global?
I.4 Metode
Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah dengan menggunakan studi pustaka melalui buku-buku dan website-website yang terkait dengan isi makalah.
BAB II
ANALISIS
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, industrialisasi bagi kelestarian lingkungan sekitar sangat berbahaya. Para pemilik modal, dalam melakukan industrialisasi, banyak memangkas berhektar-hektar hutan untuk membangun sebuah pabrik. Hal ini mengakibatkan semakin lama populasi hewan dan tumbuhan di dunia semakin berkurang serta kerusakan hutan semakin bertambah.
No. | Wilayah yang Mengalami Kerusakan Hutan | Presentase Kerusakan |
1. | Afrika Barat dan Afrika Timur | 72% |
2. | Afrika Tengah | 45% |
3. | Amerika Tengah Amerika Selatan | 37% |
4. | Asia Selatan (Anak Benua India) | 63% |
5. | Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina) | 38% |
Tabel 1.2
Kerusakan Hutan di Dunia (Tahun 1999) Berdasarkan hasil survey di atas, terlihat bahwa pada tahun 1999 hutan-hutan yang ada hampir di seluruh dunia mengalami kerusakan. Kerusakan hutan yang paling banyak berada pada Negara Afrika Barat dan Afrika Timur. Para pemilik modal lebih banyak memusatkan industrialisasi di Negara tersebut dikarenakan Afrika Barat dan Afrika Timur memiliki sumber daya alam yang tak terhingga, terlebih intan (sampai mereka dijuluki ‘Black Diamond’). Tak heran jika para pemilik modal lebih tertarik untuk menginvestasikan usahanya di Negara tersebut.
Akan tetapi, maraknya pembangunan pabrik-pabrik baru tersebut justru banyak merusak bahkan menghabiskan hutan-hutan yang ada di sana. Seharusnya pemerintah Afrika mampu mengimbangi pesatnya pembangunan pabrik dengan populasi hutan yang ada di Afrika. Jika maraknya pembangunan tidak diseimbangi dengan populasi hutan yang ada, justru bencana yang akan datang.
Jika semakin lama semakin banyak populasi hutan yang banyak ditebang dan rusak maka kita akan merasakan pemanasan global atau global warming secara langsung, dikarenakan bumi tidak lagi memiliki penghirup udara-udara kotor yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik dan teknologi-teknologi hasil industri lainnya.
Pemanasan global sendiri sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup semua makhluk yang ada di bumi. Di abad ke-21, seperti yang kita rasakan saat ini, pemanasan global telah membawa beberapa perubahan bagi kelangsungan hidup makhluk-makhluk yang ada di bumi. Sebagai contoh, mencairnya es di Kutub Utara, perubahan musim yang tidak dapat diprediksikan, panasnya suhu udara, peningkatan hujan dan banjir dan lain sebagainya.
Kerusakan hutan dan pemanasan yang berlaku saat ini, merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup makhluk yang ada di bumi. Oleh karena itu muncul suatu organisasi independen, yang berdiri sendiri, yang mengikuti isu-isu lingkungan demi memelihara keberlangsungan hidup ekosistem yang ada di bumi, Greenpeace.
Greenpeace adalah organisasi kampanye global yang bertindak untuk mengubah sikap dan perilaku, untuk melindungi dan melestarikan lingkungan dan mempromosikan perdamaian melalui; membuat sebuah revolusi energi untuk mengatasi ancaman nomor satu yang dihadapi planet kita: perubahan iklim, menjaga laut kita dengan menantang perikanan boros dan merusak, dan menciptakan jaringan cadangan laut global, melindungi hewan-hewan dan hutan alam di dunia, tumbuhan dan orang-orang yang bergantung pada mereka, bekerja untuk pelucutan senjata dan perdamaian dengan menangani penyebab konflik dan menyerukan penghapusan semua senjata nuklir, menciptakan masa depan yang bebas racun dengan alternatif manufaktur yang lebih aman untuk bahan kimia berbahaya dalam produk saat ini, kampanye untuk pertanian berkelanjutan dengan menolak organisme rekayasa genetika, melindungi keanekaragaman hayati dan mendorong tanggung jawab pertanian sosial. Pada umumnya industrialisasi dalam menghasilkan suatu barang produksi cenderung tidak memperhatikan keadaan dan kesehatan lingkungan sekitar. Banyak norma-norma lingkungan yang dilanggar dengan tujuan keuntungan semata. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu dan yang lainnya, masing-masing memiliki fungsi yang saling memenuhi fungsi lainnya, simbiosis mutualisme. Apabila terjadi ketidak seimbangan antara manusia dan alam, maka banyak kerusakan-kerusakan yang akan merugikan lingkungan hidup kita.
Dalam kasus ini, Greenpeace merupakan salah satu New Social Movement (NSM) dikarenakan isu utama yang menjadi perbincangan mereka adalah isu tentang lingkungan yang dilakukan dalam bentuk kampanye ketidak setujuan terhadap industrialisasi yang cenderung tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Isu lingkungan tersebut dibawa menjadi isu global dikarenakan setiap individu harus memperhatikan keadaan lingkungan sekita agar menjaga kelestarian hidup di masa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
Saat ini, alam mulai tidak bersahabat dengan manusia. Banyak bencana-bencana yang mereka hadirkan kepada manusia, mulai dari pemanasan global, abrasi, erosi dan lainnya. Keseimbangan antara alam dan manusia sudah tidak terjaga lagi. Banyak populasi-populasi hutan, hewan, tumbuhan dan lainnya mengalami kepunahan. Hal ini dikarenakan manusia tidak lagi menjaga lingkungan sekitarnya. Manusia hanya mencari keuntungan individu semata tanpa memperhatikan hak-hak lainnya, dalam hal ini praktik industrialisasi.
Greenpeace muncul untuk mengkampanyekan isu-isu lingkungan dengan tujuan menyadarkan kembali manusia-manusia yang tidak lagi memperdulikan lingkungan sekitar. Banyak daerah-daerah yang dulunya dipenuhi dengan pepohonan, kini menjadi dataran yang gundul. Banyak populasi-populasi flora dan fauna yang hidup, kini banyak pula yang semakin terancam kepunahan.
Untuk menjawab pertanyaan permasalahan tentang bagaimana perjuangan Greenpeace dalam mengkampanyekan isu lingkungan, Greenpeace sendiri merupakan salah satu organisasi besar yang mengkampanyekan isu tentang lingkungan. Isu lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Karena, semakin hari semakin banyak permasalahan lingkungan yang kita hadapi, semakin banyak orang yang tidak lagi mengingat pentingnya alam bagi kehidupan manusia.
Perjuangan Greenpeace tidak hanya sebatas Amerika saja. Terlihat dari banyaknya cabang-cabang Greenpeace yang tersebar di seluruh pelosok dunia. Karena, isu lingkungan yang dihadapi saat ini bukan menjadi masalah satu negara saja melainkan masalah semua negara. Karena, permasalah lingkungan merupakan masalah yang sangat penting untuk keberlanjutan hidup umat manusia. Dalam mengkampanyekan aksi kepeduliannya terhadap lingkungan, Greenpeace sendiri telah banyak menggagalkan dan menghentikan importasi limbah berbahaya, menentang pengiriman radioaktif, berkampanye melawan terhadap pembinasaan hutan, melobi pemerintah mengenai isu-isu energi berkelanjutan dan menyoroti bahaya limbah pembakaran.
DAFTAR PUSTAKA
- Martell, Luke, Ecology and Society a Introduction, Blackwell Publisher, Oxford: 1994
- Dwi Susilo, Rachmad.K, Sosiologi Lingkungan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta:2008
- Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, FE UI, Depok: 2004
DATA INTERNET