Jumat, 21 Oktober 2011

Inequality of What?


Mencari solusi dari kesenjangan ekonomi dan sosial menimbulkan banyak dilema. Ketidaksetaraan, atau kesenjangan, sering menjadi hal yang sulit dibedakan di dalam ‘keadilan’. Adam Smith memberikan perhatian pada kepentingan masyarakat miskin (yang kepentingan mereka sering diabaikan) yang secara alamiah sering dianggap sebagai ‘impartial spectator’- penyelidikan langsung yang menawarkan pengetahuan tentang keadilan sosial. sama halnya dengan ide John Rawls keadilan, ketidaksetaraan di dalam masyarakat juga sulit dibenarkan ‘kewajarannya’ di dalam anggota masyarakat yang sebenarnya. Menurut John Rawls, ketidaksetaraan itu sendiri menimbulkan dilema tertentu ketika masyarakat mencoba menafsirkannya sendiri di dalam anggota masyarakat.
            Kesenjangan sosial terkadang dapat mengikis kohesi sosial, kedekatan secara sosial. beberapa bentuk kesenjangan dapat menciptakan tindakan yang tidak berarti apa-apa. Konflik sosial yang sering muncul di dalam kesenjangan dapat dicontohkan ketika seseorang yang memiliki keadaan ekonomi menengah ke bawah bermukim di sekitar pemukiman ekonomi menengah ke atas. Kesenjangan dapat terlihat dari bentuk luas tanah, bentuk rumah, eksterior rumah, dan lain sebagainya.
            Kesenjangan sosial selalu meliputi setiap aspek yang ada di dalam kehidupan masyarakat modern, dimana setiap orang dituntut untuk memiliki spesialisasi-spesialisasi tertentu. Spesialisasi di dalam masyarakat modern saat ini, dapat menentukan seseorang berada pada ‘ranking’ ekonomi tertentu. Sebagai contoh, ‘ranking’ masyarakat yang berasal dari ekonomi kelas menengah dapat dilihat melalui kondisi kesehatannya.




Unemployment and Capability Deprivation
            Kesenjangan, jika kita berbicara dalam lingkup pendapatan, sangat berbeda keterkaitannya di antara keduanya. Sedangkan kapabilitas, atau kemampuan, akan lebih mudah diilustrasikan dengan menggunakan contoh-contoh yang bersifat praktis. Di dalam konteks negara Eropa, perbedaan ini merupakan hal yang tidak mudah untuk dibandingkan, karena merupakan hal yang umum bagi sebagian besar pengangguran Eropa yang bersifat kontemporer. Kehilangan pendapatan merupakan konsekuensi dari tidak bekerja, atau pengangguran. Hilangnya pendapatan yang disebabkan oleh pengangguran, hingga batas tertentu, dapat dikompensasi dengan dukungan pendapatan (termasuk tunjangan pengangguran), yang biasanya terjadi di Eropa Barat. Jika kehilangan penghasilan semua yang terlibat dalam pengangguran, maka kerugian yang dapat  sebagian besar terhapus – bagi individu yang terlibat - oleh dukungan penghasilan (ada,tentu saja, masalah lebih lanjut dari biaya sosial dari beban fiskal dan insentif efek yang terlibat kompensasi ini). Sebagai contoh, Eropa Barat termasuk salah satu negara yang menjamin kehidupan setiap warganya, baik dalam hal pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Bahkan, orang yang tidak bekerja pun mendapatkan jaminan ekonomi dari negara, yaitu dengan memberikan tunjangan pengangguran. Secara administratif, seorang yang tidak memiliki pekerjaan akan mendapatkan keuntungan yang dijamin oleh negara. Namun, seorang yang tidak memiliki pekerjaan justru mendapatkan masalah yang lebih besar daripada pajak dan biaya kehidupan lainnya, yaitu masalah sosial. seseorang yang tidak memiliki pekerjaan mempunyai efek yang berat bagi kehidupan individual, yaitu kehilangan  faktor lain, secara individual, maka perbaikan pendapatan akan mempengaruhi masalah individual seseorang yang tidak memiliki pekerjaan. Terdapat banyak bukti bahwa orang yang tidak bekerja memiliki masalah yang lebih banyak dibandingkan hilangnya pendapatan, yaitu permasalahan psikologi, kehilangan motivasi kerja, kehilangan skill dan percaya diri, meningkatnya penyakit dan ‘morbidity’ (tingginya angka kematian), kekacauan hubungan rumah tangga dan lingkungan sosial, meningkatkan eksklusi sosial, semakin ketegangan antar ras dan jender.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar