Mencari
solusi dari kesenjangan ekonomi dan sosial menimbulkan banyak dilema.
Ketidaksetaraan, atau kesenjangan, sering menjadi hal yang sulit dibedakan di
dalam ‘keadilan’. Adam Smith memberikan perhatian pada kepentingan masyarakat
miskin (yang kepentingan mereka sering diabaikan) yang secara alamiah sering
dianggap sebagai ‘impartial spectator’- penyelidikan langsung yang menawarkan
pengetahuan tentang keadilan sosial. sama halnya dengan ide John Rawls
keadilan, ketidaksetaraan di dalam masyarakat juga sulit dibenarkan
‘kewajarannya’ di dalam anggota masyarakat yang sebenarnya. Menurut John Rawls,
ketidaksetaraan itu sendiri menimbulkan dilema tertentu ketika masyarakat
mencoba menafsirkannya sendiri di dalam anggota masyarakat.
Kesenjangan sosial terkadang dapat
mengikis kohesi sosial, kedekatan secara sosial. beberapa bentuk kesenjangan
dapat menciptakan tindakan yang tidak berarti apa-apa. Konflik sosial yang
sering muncul di dalam kesenjangan dapat dicontohkan ketika seseorang yang
memiliki keadaan ekonomi menengah ke bawah bermukim di sekitar pemukiman
ekonomi menengah ke atas. Kesenjangan dapat terlihat dari bentuk luas tanah,
bentuk rumah, eksterior rumah, dan lain sebagainya.
Kesenjangan sosial selalu meliputi
setiap aspek yang ada di dalam kehidupan masyarakat modern, dimana setiap orang
dituntut untuk memiliki spesialisasi-spesialisasi tertentu. Spesialisasi di
dalam masyarakat modern saat ini, dapat menentukan seseorang berada pada
‘ranking’ ekonomi tertentu. Sebagai contoh, ‘ranking’ masyarakat yang berasal
dari ekonomi kelas menengah dapat dilihat melalui kondisi kesehatannya.
Unemployment and Capability
Deprivation
Kesenjangan, jika kita berbicara
dalam lingkup pendapatan, sangat berbeda keterkaitannya di antara keduanya.
Sedangkan kapabilitas, atau kemampuan, akan lebih mudah diilustrasikan dengan
menggunakan contoh-contoh yang bersifat praktis. Di dalam konteks negara Eropa,
perbedaan ini merupakan hal yang tidak mudah untuk dibandingkan, karena
merupakan hal yang umum bagi sebagian besar pengangguran Eropa yang bersifat
kontemporer. Kehilangan pendapatan merupakan konsekuensi dari tidak bekerja,
atau pengangguran. Hilangnya
pendapatan yang disebabkan oleh pengangguran, hingga batas tertentu, dapat dikompensasi dengan dukungan pendapatan (termasuk tunjangan pengangguran), yang biasanya
terjadi di Eropa Barat. Jika kehilangan penghasilan semua yang terlibat
dalam pengangguran, maka kerugian yang dapat sebagian besar terhapus – bagi individu
yang terlibat - oleh dukungan penghasilan (ada,tentu saja, masalah lebih lanjut
dari biaya sosial dari beban fiskal dan
insentif efek yang terlibat kompensasi ini). Sebagai
contoh, Eropa Barat termasuk salah satu negara yang menjamin kehidupan setiap
warganya, baik dalam hal pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Bahkan, orang yang
tidak bekerja pun mendapatkan jaminan ekonomi dari negara, yaitu dengan
memberikan tunjangan pengangguran. Secara administratif, seorang yang tidak
memiliki pekerjaan akan mendapatkan keuntungan yang dijamin oleh negara. Namun,
seorang yang tidak memiliki pekerjaan justru mendapatkan masalah yang lebih
besar daripada pajak dan biaya kehidupan lainnya, yaitu masalah sosial. seseorang
yang tidak memiliki pekerjaan mempunyai efek yang berat bagi kehidupan
individual, yaitu kehilangan faktor
lain, secara individual, maka perbaikan pendapatan akan mempengaruhi masalah
individual seseorang yang tidak memiliki pekerjaan. Terdapat banyak bukti bahwa
orang yang tidak bekerja memiliki masalah yang lebih banyak dibandingkan
hilangnya pendapatan, yaitu permasalahan psikologi, kehilangan motivasi kerja,
kehilangan skill dan percaya diri, meningkatnya penyakit dan ‘morbidity’
(tingginya angka kematian), kekacauan hubungan rumah tangga dan lingkungan
sosial, meningkatkan eksklusi sosial, semakin ketegangan antar ras dan jender.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar